LEBIH DEKAT DENGAN EKOSISTEM DI INDONESIA Bagian II.

II. KELOMPOK EKOSISTEM DARAT ALAMI
Di Indonesia terdapat tiga bentuk vegetasi utama, yaitu vegetasi dataran rendah, vegetasi pegunungan, dan vegetasi mosun.
2.1 Vegetasi dataran rendah (Lowland vegetation)
Vegetasi dataran rendah merupakan bagian terbesar hutan dan mencakup kawasan yang paling luas di Indonesia, terletak pada elevasi 0-1000 mdpl. Vegetasi ini terdiri atas vegetasi rawa dan vegetasi darat. Vegetasi rawa terdapat di tempat yang selalu tergenang air. Di Indonesia terdapat beberapa bentuk vegetasi rawa tergantung pada kedalaman, salinitas dan kualitas air serta kondisi drainase dan banjir. Berikut ini adalah contoh-contoh vegetasi dataran rendah di Indonesia.
Hutan Bakau
Gambar 1. Hutan Bakau Indonesia. Sumber

Hutan Bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Hutan bakau Indonesia mempunyai luas sekitar 2,5-4 juta hektar yang tersebar di seluruh kepulauan. Bagian terbesar hutan bakau di dunia terdapat di Indonesia, namun saat ini sebagian dalam kondisi kritis. Di Indonesia, hutan bakau yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar, yaitu di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan. Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan bakau yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Hutan bakau di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Keragaman jenis tumbuhan pada hutan bakau lebih sedikit dibandingkan hutan darat. Komposisi jenis tumbuhan pada hutan bakau dapat berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung pada kombinasi faktor-faktor habitat yang mempengaruhinya. Hanya sekitar 54 jenis anggota dari sekitar 16 suku, yang dianggap sebagai jenis-jenis bakau sejati. Yakni jenis-jenis yang ditemukan hidup terbatas di lingkungan hutan bakau dan jarang tumbuh di luarnya. Dari jenis-jenis itu, sekitar 39 jenisnya ditemukan tumbuh di Indonesia. Hal ini menjadikan hutan bakau Indonesia sebagai yang paling kaya jenis di Samudera Hindia dan Pasifik.
Menurut fisiognominya, hutan bakau tampak seragam tetapi ada kecenderungan bahwa pepohonan jenis-jenis bakau yang tumbuh pada beting karang atau habitat yang kurang subur lebih pendek atau kecil. Hutan bakau yang berkembang baik dengan pohon-pohon yang tinggi dan berdiameter besar biasanya terdapat sekitar muara sungai besar dan dapat membentang jauh ke pedalaman di sepanjang sungai tersebut. 
Hutan Rawa air tawar
Gambar 2. Hutan Rawa Air Tawar. Sumber
Hutan rawa air tawar terdapat dalam kawasan yang luas, terletak dibelakang hutan bakau. Kanopinya lebat, dalam kondisi yang baik,  tingginya pohon dapat mencapai 30 m. Pohon-pohon pada umumnya sama tinggi, sehingga dari udara kanopi hutan tampak seragam dan rata. Variasi hutan rawa terdapat di daerah delta yang secara teratur dibanjiri oleh air tawar sebagai akibat gerakan pasang surut. Pada pohon-pohon di hutan daerah tersebut, berkembang akar tunjang, akar lutut, dan banir yang berlekuk-lekuk.
Hutan rawa air tawar tumbuh di daerah-daerah yang terdapat sungai-sungai besar. Hutan ini secara menetap tergenang air tawar yang kaya mineral dan sedikit asam dari sungai. Sebagian tegakan pohon mempunyai ketinggian yang rendah, seperti pandan atau palma yang sulit ditembus. Hutan rawa terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia, misalnya di Sumatra bagian Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Maluku dan Irian Jaya bagian Selatan.
Hutan tepi sungai
Hutan tepi sungai terdapat disepanjang sungai besar, merupakan vegetasi rawa musiman yang sangat berbeda, terutama bila dilihat dari udara. Tanahnya subur, dalam, dan gembur. Di Kalimantan, hutan ini merupakan habitat pohon tengkawang dan kayu ulin. Hutan ini sering disangga oleh hutan di dasar lembah berawa dan bertanah aluvium yang kadang-kadang digenangi  bila air sungai naik. Habitat ini merupakan habitat transisi dengan hutan rawa air tawar ini dianggap sebagai hutan rawa yang paling jarang digenangi air. Akan tetapi tepi sungai dapat pula tidak berupa rawa melainkan berupa tebing berbatu-batu. Vegetasinya sebagian besar tersusun oleh tumbuhan berkayu yang hidup pada celah-celah batu dengan perakaran kuat, daun-daun menyempit dan bijinya disebarkan oleh air atau ikan. Kesemuanya disesuaikan dengan adanya banjir berkala, sehingga terbentuk sekelompok jenis tumbuhan yang disebut reofit.
 Gambar 3. Hutan Tepi Sungai. Sumber
Hutan Rawa Gambut
Gambar 4. Rawa Gambut Indonesia. Sumber

Hutan rawa gambut ditandai oleh floranya yang terbatas. Pohon-pohonnya tinggi, tetapi kurus dan tidak lebat karena tumbuh pada tanah yang terdiri atas timbunan gambut yang sangat masam (pH<4) dan mengandung unsur hara yang rendah. Hutan rawa gambut mencakup kawasan yang sangat luas dan terletak berdampingan dengan hutan rawa air tawar atau di atas endapan aluvium laut. Tebal gambut berkisar dari 0.5-20 m. Dari tepi sampai ke tengah-tengah hutan gambut dapat dikenal tiga tipe hutan yang merupakan fase-fase perkembangan, dan tipe-tipe ini mempunyai struktur fisiognomi dan flora yang berbeda, yaitu (1) hutan rawa gambut campuran, (2) transisi hutan gambut campuran/padang terentang, dan (3) padang terentang. Tipe-tipe ini tidak selalu lengkap ada di setiap lokasi. Di Indonesia terdapat sekitar 20 juta hektar lahan gambut, data tahun 1987, hanya 17 juta hektar yang tersisa. Sebagian besar hutan rawa gambut di Indonesia terdapat di Sumatera dan Kalimantan, yaitu  Propinsi Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah.
Vegetasi Pantai Pasir
  Gambar 5. Pantai Pasir. Sumber
Terdapat di tepi pantai berpasir atau berkarang yang membentang tidak terlalu jauh dari pantai ke arah darat, vegetasi ini ada dua macam, yang berbentuk terna (formasi pes-caprea) dan yang berbentuk perdu dan pohon (formasi Barringtonia). Komposisi jenis tumbuhan pada komunitas ini sangat beragam.  Hutan ini umumnya terdapat di sepanjang pantai curam, seperti pantai selatan Jawa dan Sumatera. Jenis tanaman yang mendominasi formasi hutan pantai pasir di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa Timur adalah ketapang (Terminalia catapa), sawo kecik (Manilkara kauki), waru laut (Hisbiscus sp.), keben (Baringtonia asiatica) dan nyamplung (Calophyllum inophyllum).
Hutan Dipterocarpaceae Dataran rendah
 Gambar 6. Hutan Dipterocarpaceae Dataran rendah. Sumber
Hutan Dipterocarpaceae dataran rendah mencakup sebagian besar lahan darat dan terdapat pada tanah podsolik merah kuning dan gugus tanah yang beraneka (kompleks) pada ketinggian 0-800 mdpl di Sumatera dan Kalimantan. Hutan ini terdiri dari pohon-pohon tinggi dengan kanopi lebat, dengan permukaan atasnya tidak rata. Pohon-pohon di hutan ini, berbentuk daun lebar dan sedang serta malar hijau. Kanopi utama hutan mencapai 30-45 m, dengan pohon yang mencuat dapat sampai setinggi 60 m, biasanya dengan batang panjang, lurus dan ramping. Hutan Dipterocarpaceae di Kalimantan lebih kaya akan jenis-jenis pohon dibandingkan dengan hutan lain di Malesia (zona ekologi Indomalaya hingga Australasia). Hutan ini di Kalimantan Timur merupakan hutan terkaya akan jenis-jenis pohon diseluruh dunia. Pada umumnya tidak satupun jenis Dipterocarpaceae yang dominan, tetapi secara keseluruhan, jenis-jenis suku ini sangat merajai lapisan utama hutannya.
Hutan Hujan non-Dipterocarpaceae dataran rendah
Hutan ini berkembang pada lahan datar dan lereng landai, mempunyai tanah yang dalam, drainase kurang baik sampai baik, dan tidak pernah tergenang air atau kadang-kadang tergenang tetapi tidak lama. Tipe hutan ini terutama terdapat di daerah sebelah timur garis Wallace dimana jenis-jenis Dipterocarpaceae tidak mendominasi. Pada hutan ini sebagian besar pohon mempunyai tinggi pohon rendah tanpa pohon besar mencuat tinggi sebagai penyusun kanopi utama. Di Pulau Jawa, tipe hutan ini sudah lenyak dan hanya tersisa di Suaka Alam seperti Taman Nasional Ujung Kulon.
Hutan Kerangas
 Gambar 7. Hutan Kerakas Belitung. Sumber
Hutan Kerangas umunya terdapat pada kawasan hutan hujan dataran rendah pada ketinggian 0-800 m dpl, pada tanah podsol miskin, yang berasal dari bahan induk silika bertekstur kasar yang sangat asam (pH<4) serta kandungan hara rendah. Komposisi flora, struktur dan fisiognomi hutan kerangas berbeda sekali dengan hutan hujan Dipterocarpaceae dataran rendah. Hutan ini biasanya lebih kerdil dibandingkan hutan Dipterocarpaceae dan strukturnya bervariasi, dari tipe hutan yang relatif tinggi dengan kanopi tertutup, hingga tipe padang yang berupa semak-semak dengan kanopi terbuka seperti savana. Variasi ini dapat berkaitan dengan semakin dangkalnya kedalaman air tanah dan semakin rendahnya ketersediaan air, dan variabilitas ini pada gilirannya berkaitan dengan derajat perkembangan dan struktur tanah podsol. Dalam kondisi yang baik, hutan kerangas di Kalimantan  menyerupai hutan Dipterocarpaceae dengan jenis-jenis Dipterocarpaceae mendominasi dengan kanopi hutan yang tertutup. Sedangkan dalam kondisi yang ekstrim, hutan kerangas menunjukkan kanopi terbuka dengan tinggi pohon hanya 5-10 m sehingga hutannya menyerupai savana.
Hutan pada Batu Gamping
Bukit-bukit batu gamping yang terjal sering membentuk lansekap yang mencolok, terutama di daerah dataran rendah di semua pulau besar di Indonesia. Di Papua, batu gamping banyak terdapat dipegunungan. Lansekap batu gamping berisi beragam habitat dan tanah.  Habitat, flora dan fauna batu gamping di Sulawesi yang telah banyak dipelajari. Daerah Karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan adalah kawasan karst (batu gamping) terbesar ketiga di dunia, dan merupakan habitat banyak flora fauna endemik dan langka. Hutan batu gamping juga banyak dijumpai di Propinsi Banten, misalnya wilayah Pasir Curi-Guhawayang Kabupaten Lebak.
Hutan Sagu
Sagu (Metroxylon sagu) merupakan salah satu tanaman sumber karbohidrat. Luas areal  tanaman sagu di Indonesia mencapai 1,2 juta ha dengan produksi berkisar 8,4-13,6 juta ton per tahun, dan sekitar 90 % berada di Papua, sisanya banyak terdapat di Maluku. Hutan ini berkisar dari hutan sagu murni sampai hutan sagu yang bercampur dengan pohon yang rapat, dan berkembang di daerah dengan aliran air tawar yang teratur. Di bawah pohon sagu biasanya tidak terdapat tumbuhan lain dan lantai hutan terdiri dari lapisan serasah daun yang bergambut. Hutan sagu ini menjadi kerdil di tempat-tempat yang airnya payau atau pada daerah dengan permukaan airnya menurun, hutan sagu menderita kekeringan.
 Gambar 8. Hutan Sagu. Sumber
Bersambung....

0 comments: