Diskusi Hubungan Ekologi Tumbuhan dan Evolusi dengan Keanekaragaman Hayati
Evolusi
merupakan penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya, oleh karena itu
seluruh struktur yang kita lihat dan pelajari saat ini adalah ciptaan yang
kemudian mengalami perubahan secara berangsur-angsur untuk menuju kesempurnaan
yang sesuai dengan waktu dan tempat kejadiannya.
Keanekaragaman
spesies menggambarkan seluruh cakupan adaptasi ekologi dan menggambarkan
evolusi spesies terhadap lingkungan tertentu. Mempelajari hubungan ekologi
tumbuhan dan evolusi dengan keanekaragaman hayati tidak terlepas dari kajian
tentang terbentuknya sistem tata surya kita termasuk di dalamnya bumi tempat kita berpijak. Diprediksi terbentuknya sistem tata surya sekitar 4.600
juta tahun yang lalu, berasal dari gumpalan materi gas di angkasa luar yang
mengalami perputaran dan pada akhirnya memadat.
Berdasarkan
teori, bumi terbentuk karena adanya kondensasi gas dalam tata surya. Akibat
benturan dengan bintang lain, maka terbentuklah planet-planet berikut
bulan-bulannya. Proses pendinginan pada pembentukan bumi terjadi secara tidak serempak dan tidak
merata, sehingga berakibat terbentuknya daratan dan gunung yang tinggi. Dampak
lain dari proses pendinginan tersebut juga berakibat pada berpindahnya daratan
dari satu tempat ke tempat yang lain.
Diperkirakan
organisme bersel satu menghuni bumi lebih kurang 2.000 juta tahun setelah bumi
terbentuk, sedangkan adanya kehidupan di darat diketahui sekitar 425 juta tahun
yang lalu. Kehidupan di daratan dimulai dengan munculnya serangga dan tumbuhan
rawa. Keberadaan manusia di bumi diprediksi sekitar 4,8 juta tahun yang lalu
sedangkan vertebrata sudah ada terlebih dahulu yakni 500 juta tahun yang lalu.
Kurun waktu yang cukup lama manusia
berada di muka bumi ini sebagai salah satu
penyebab banyaknya perubahan yang
terjadi.
Banyak
organisme termasuk prokariot mengalami kemunculan dan kepunahan karena kondisi
bumi yang belum stabil, yakni adanya peristiwa-peristiwa seperti glasiasi,
vulkanisme, pergeseran benua, terjadinya lubang ozon, penyakit, dan keberadaan
manusia. Pada waktu bumi terbentuk belum ada oksigen di atmosfer dan organisme
khlorofil-lah yang memberikan kontribusi oksigen tersebut. Kondisi bumi pada
waktu itu tidak sestabil masa sekarang, terjadi banyak perubahan pada muka bumi
sehingga menyebabkan kepunahan masal.
Kondisi
berikutnya terjadilah proses spesiasi, yang pada dasarnya merupakan terbentuknya spesies baru
yang berbeda dari spesies aslinya secara perlahan-lahan melalui seleksi alam. Hal
ini dapat terjadi karena adanya perubahan-perubahan variasi genetik secara
spontan di dalam kromosom, menyebabkan terjadinya perbedaan karakteristik genetik
yang sangat mendasar. Kemudian yang terjadi muncullah individu-individu dengan
karakter yang terkuat yang bertahan hidup (survival
of the fittest). Individu-individu dengan karakter demikian yang memiliki
kemampuan lebih besar untuk menghasilkan keturunan daripada individu yang tanpa
karakter tersebut. Proses spesiasi yang berlangsung sangat lambat memerlukan
ratusan ribu tahun atau jutaan tahun bahkan ribuan generasi.
Kondisi
bumi tidak mampu menampung seluruh organisme sekaligus, sehingga setiap
organisme memiliki masa keberadaannya masing-masing. Hal ini tergantung dari
perubahan gene pool (kumpulan gen)
populasi, yang sering berubah sejalan dengan waktu ketika lingkungan dari
spesies tersebut berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat bersifat
biologis namun dapat pula bersifat fisik. Pada saat suatu populasi mengalami
banyak sekali perubahan genetik sehingga tidak dapat lagi disilangkan dengan
spesies asal yang menurunkan genetik, maka berarti telah terbentuk spesies
baru. Inilah yang dikenal dengan istilah evolusi filetik..
Pembentukan
spesies baru biasanya terjadi karena adanya penghalang geografis. Penghalang
bagi spesies yang hidup di daratan dapat berbentuk pegunungan, sungai, atau
laut samudra yang membuat spesies tidak dapat menyeberang. Pada ekosistem
kepulauan seperti Galapagos, Hawaii, Sulawesi, dan Maluku proses spesiasi
berlangsung lebih cepat. Bermunculannya anekaragam spesies dan marga baru, hanya berasal dari beberapa spesies awal yang terdampar di pulau-pulau tersebut
dan mampu bertahan, berkembang, bahkan
berevolusi. Secara genetik populasi-populasi ini mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan tersebut, sehingga telah terjadi banyak perkembangan dan
perubahan (variasi) jika dibandingkan dengan spesies asalnya. Sebagai spesies
baru, spesies-spesies ini akan tetap mengalami isolasi reproduksi satu dengan
lainnya sekalipun daerah hidup (range)
mereka dapat kembali bertemu atau bertumpang tindih. Proses spesiasi melalui
adaptasi lokal inilah dikenal dengan istilah radiasi evolusi (radiasi
adaptif). Apabila diukur dari besarnya
hasil maka radiasi adaptif jauh lebih banyak menghasilkan keanekaragaman
spesies daripada evolusi filetik, meskipun jika diukur dari keseluruhan jumlah spesies
evolusi filetik tidak berpengaruh.
0 comments: