Setiap definisi yang komprehensif mengenai keanekaragaman
hayati termasuk juga referensi untuk proses yang menciptakan dan memelihara
keanekaragaman hayati. Keragaman spesies, ekosistem, dan lanskap yang
mengelilingi kita sampai hari ini adalah produk dari evolusi kehidupan yang
terjadi setidaknya 3,8 miliar tahun lalu di bumi (Mojzsis et al., 1996). Kehidupan
pertama kali berevolusi dibawah kondisi yang sangat ekstrim, mungkin mirip
dengan organisme-organisme termal laut dalam seperti bakteri kemoautotropik
(yang memperoleh energi hanya dari sumber-sumber kimia anorganik) yang
ditemukan. Hal ini sama dengan kehidupan dibawah tanah.
Lapisan batuan yang berada di dalam benua dan lantai laut,
yang sebelumnya dianggap miskin akan nutrisi untuk kehidupan, ternyata malah
mendukung kehidupan ribuan strain mikroorganisme. Terdapatnya bakteri dari
sampel batuan yang berada pada kedalaman hampir 2 mil dibawah permukaan laut, dengan
suhu 75 derajat celcius. Mikroorganisme kemoautotropik mendapatkan makanan dari
senyawa-senyawa kimia seperti karbon, hidrogen, besi, dan belerang.
Komunitas pada kedalaman subterranean berevolusi secara in situ atau berasal dari permukaan dan
terkubur atau terbawa ke dalam lapisan permukaan batuan, yang mana organisme
yang berevolusi dalam kondisi terisolasi. Penampilan komunitas ini sangat tua
sekali, dan ada kemungkinan bahwa bakteri bawah tanah berperan dalam banyak
proses geologi bumi (misalnya, konversi dari satu mineral ke bentuk mineral
yang lainnya, dan erosi batuan [Fredrickson dan Onstott, 1996]).
Tiga koma lima miliar tahun yang lalu, bakteri fotosintetik
berevolusi dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Sebelumnya, atmosfer terdiri
dari karbon dioksida, dan gas lain seperti nitrogen, karbon monoksida, metana,
hidrogen, dan gas sulfur dalam jumlah yang sedikit. Oksigen dihasilkan dari
proses fotosintesis dan diserap oleh lautan, yang mana oksigen bereaksi dengan
besi terlarut membentuk besi oksida.
Sekitar 1,8 miliar tahun yang lalu, lautan kehabisan akan
oksigen terlarut dan kadar oksigen di atmosfer mulai meningkat secara
signifikan (Mojzsis, 2001). Beberapa spesies awal mengalami kepunahan, dan spesies
yang lain menjadi terbatas pada habitat yang bebas oksigen. Beberapa tetap
menjadi sel-sel aerobik. Sel-sel anaerobik, pada awalnya, menyatu ke dalam sel
aerobik setelah menjadikan beberapa aerob sebagai makanan. Alternatif lain,
anaerob menginvasi host yang aerobik dan menjadi parasit. Hubungan simbiosis yang
lebih intim kemudian berkembang antara sel-sel aerobik dan anaerobic, dimana
kelangsungan hidup setiap sel tergantung pada fungsi yang lain.
Evolusi hubungan simbiosis ini merupakan tahapan yang sangat
penting dalam evolusi sel menjadi lebih kompleks yaitu eukariotik. Penelitian
batuan dari Australia Barat menunjukkan bentuk-bentuk awal dari single sel eukariotik
setidaknya berusia 2,7 miliar tahun (Anon., 2001). Seiring waktu, beberapa gen dari sel anaerob invasi menghilang,
atau tertransfer ke inti sel dari sel aerob. Hasilnya, genom dari leluhur
invasi dan leluhur sel inang bercampur, dan dua entitas dianggap sebagai salah kesatuan,
dari sudut pandang genetik.
Sejarah lengkap evolusi organisme eukariotik di bumi dapat kita
temukan dalam berbagai referensi standar. Penting untuk dicatat bahwa sejarah
evolusi terjadi secara fisik dan biologis terbentuk pada lingkungan
kontemporer. Landskap yang ada saat ini adalah sisa-sisa bentuk kehidupan
sebelumnya. Contohnya, adanya beberapa batu-batuan besar yang merupakan sisa-sisa
terumbu karang lampau, yang terbentuk 360-440 juta tahun yang lalu dari
komunitas ganggang dan invertebrata (Veron, 2000). Flora dan fauna yang
membentuk keanekaragaman hayati saat ini merupakan snapshot sejarah kehidupan
bumi 3,8 miliar tahun yang lalu, yang mewakili hanya 0,1 persen dari semua
spesies yang hidup di bumi. Jadi 99,9 persen atau hampir semua kehidupan yang
telah ada di bumi telah punah (Raup, 1991).
Kepunahan, merupakan bagian penting dari proses evolusi, yang mana tidak terjadi pada kecepatan konstan. setidaknya ada lima periode ketika sejumlah besar spesies yang berbeda mengalami kepunahan dari seluruh duni. ini disebut kepunahan massal. dan waktunya dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari masing-masing periode kepunahan yang terjadi, pertama
menunjukkan kerugian yang signifikan dari keanekaragaman hayati. Pemulihan dari
kepunahan ini selalu berlangsung dengan baik. Terlihat bahwa suatu kepunahan akan
diikuti secara cepat oleh evolusi yang menyebabkan diversifikasi pada bagian spesies
yang tersisa, karena perkiraan spesies yang dapat bertahan pada sumber daya dan
habitat yang ada sebelumnya, sukses berkompetisi dengan spesies yang telah
punah. Namun, tidak berarti bahwa suatu pemulihan dari kepunahan missal
berlangsung dengan cepat, Biasanya diperlukan beberapa puluhan juta tahun
(Jablonski, 1995).
Hipotesis bahwa kita saat ini berada di ambang kepunahan
massal yang ke enam. Namun, kepunahan ke enam akan berbeda caranya dari
peristiwa sebelumnya. Lima kepunahan massal yang terjadi mendahului manusia dan
produk-produk dari beberapa proses fisik (mungkin perubahan iklim sebagai hasil
dari pengaruh meteor) dibandingkan konsekuensi langsung dari tindakan dari
beberapa spesies lain. Sebaliknya, kepunahan keenam diinduksi oleh manusia. Akibatnya,
tidak sama dengan peristiwa sebelumnya, peristiwa kepunahan yang baru saja terjadi
dapat diperlambat atau sebaliknya.
Daftar
Pustaka
Eldredge N. 2002. Life on earth: an
encyclopedia of biodiversity, ecology, and evolution. Vol 1 (A-G). ABC CLIO.
Santa Barbara(USA).